Wednesday, 14 November 2018

CERPEN #2

D   I   A
(KARYA: PUTRI APRILIA)






            Aku mempunyai seorang sahabat terbaik sejak aku masih kecil. Bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Ayahku dan ayahnya sudah bersahabat sejak mereka remaja. Dan, persahabatan kami seperti warisan keluarga yang harus kami jaga.

            Aku Aulia Putri mempunyai sahabat bernama Alena Azzahra. Apapun yang dia rasakan, semua hal yang menimpanya akan dia ceritakan kepadaku. Begitulah Alena. Dia selalu mempercayaiku. Hal yang sama juga ku tunjukkan kepadanya. Mungkin karena hal itu kami betah menjadi sahabat. Bertahun-tahun kita menjadi sahabat tidak selalu berjalan mulus. Namun, persahabatan kami lebih kuat dari masalah yang kami hadapi.

            Pada minggu pagi aku sedang duduk di kursi memainkan HP dan memakan camilan bersama ibuku. Saat itu Aulia menelponku.

            “Aulia”sapa dia melaui telepon.

            “Kamu hari ini sibuk gak ?” tanya Alena.

            “Enggak kok”aku sudah tau kemana arah pertanyaannya. Aku tau dia butuh teman curhat.
            Pada hari itu juga, Alena mengajakku ke taman yang sering kami kunjungi. Dulu, ditaman ini kami sering piknik bersama keluarga kami. Namun sekarang kami jarang melakukan itu dan sekarang taman ini lebih sering menjadi tempat curhat bagi Alena.

            “Kamu kenapa lagi ? ada masalah ?” tanya ku dengan khawatir.

            “Tidak” Alena menunduk. Ada yang belum dia ceritakan kepadaku, ia seolah menahan untuk tidak menceritakan itu.

            “Aku menyukai Arka” ucapnya.

            “Apa....., Arka” jawabku dengan kaget atas pernyataan itu.

            Arkana Zalindra Putra adalah lelaki yang kami temui diawal masuk SMA, mulai hari itu, aku bisa melihat sesuatu dimata Alena. Ada rasa kagum, sekaligus suka kepada lelaki bermata biru itu.

            “Kamu yakin suka sama Arka?” tanya ku.

            “Kenapa memangnya” ucapnya dengan heran.

            “Setahuku, dia itu laki-laki yang tidak pernah serius menjalani hubungan” ucapku.

            “Tidak masalah bagiku, aku akan tetap menyukainya” katanya dengan nada meninggi.

            Itu yang aku khawatirkan sebenarnya. Alena sudah terbutakan akan cintanya kepada Arka sehingga apapun yang dilakukan Arka akan tetap baik di matanya.

            “Alena, aku hanya tidak ingin kamu tersakiti”

            “Terima kasih, Aulia. Tapi aku tahu apa yang terbaik untuk ku lakukan. Aku paham” dia tersenyum.

            Aku tertegun melihat sikap Alena terhadapku. Alena yang dulu aku kenal telah hilang. Dia berubah, tidak lagi mendengarkan nasihatku. Walau bagitu, aku tidak mampu untuk marah kepadanya karena rasa sayangku melebihi amarahku saat itu.

            Hari demi hari aku lalui dengan rasa sepi tanpa Alena. Aku merasa sikap Alena berubah. Aku mendapat kabar dari temannya Arka bahwa dia berpacaran dengan Alena.

            Sikap Alena semakin berubah saat dia menjalin hubungan dengan Arka, aku merasa dia menjauhiku.

            Awalnya, aku tidak menduga jika Alena akan berpacaran dengan Arka. Aku tidak mengerti, apakah karena Alena yang terlalu bodoh atau karena Alena yang terlalu cinta padanya.

            Awalnya aku bertingkah biasa saja. Namun setelah beberapa minggu aku kehilangan sahabatku aku menemui Arka.

            “Kenapa kamu pacaran dengan sahabatku, Aulia. Apakah kau ingin menyakitinya ?”tanyaku dengan nada agak tinggi kepada Arka.

            Dia hanya tersenyum seadanya.

            “Aku hanya kasihan dengan sahabatmu itu, karena dia terus menerus mengejarku”jawabnya dengan sombong.

            Obrolanku dengan Arka hanya berakhir sesingkat itu. Tidak ada obrolan panjang seperti aku mendengarkan curahan hati Alena.

            Setelah bebrapa bulan mereka berpacaran Alena memang jarang curhat kepadaku. Kukira dia bahgia berpacaran dengan Arka. Namun perkiraanku salah. Alena tidak bahagia. Justru Alena dan Arka putus karena Arka telah selingkuh dan menyakiti hati Alena.

            Setelah  putus Alena menemuiku.

            “Aulia, dia jahat. Laki-laki itu telah membuat hatiku hancur dengan apa yang dia sudah perbuat”ucapnya dengan menangis.

            “sudah Alena laki-laki itu tidak pantas kau tangisi”

            “Aulia, apa yang kamu katakan benar. Dia bukan laki-laki yang baik. Maaf Aulia karna aku udah gak denger apa yang kamu katakan”ucapnya sambil memelukku dengan erat.

            “Sudah Alena. Jika orang yang kau cintai mengabaikanmu, bahkan mempermaikan perasaanmu. Sungguh, dia tidak layak untuk kau sedihkan. Dia tidak layak menghancurkan hatimu. Sebab, dirimu jauh lebih berarti”bisikku ke Alena sambil memeluknya.

            Alena sangat terpukul saat itu. Aku tidak tau bagaimanakah yang terjadi dengan Alena. Yang aku tau hanyalah saat ini dia sedang sedih dan sudah menjadi kewajibanku sebagai sahabat untuk menghiburnya.

            Selama bebrapa hari aku sengaja tidak menemuinya agar dia sadar bahwa yang telah dia lakukan itu salah. Dan akhirnya hal yang aku takutkan terjadi. Aku mendapat kabar bahwa Alena jatuh sakit. Aku segera menjenguknya. Hari itu dia mencurahkan segala kesedihannya kepadaku. Dan dihari itu juga aku berkata padanya.

            “Alena, kau masih jadi sahabatku kan ? Aku mau kamu kembali seperti dulu lagi, kamu adalah perempuan yang kuat. Tidak adan yang boleh membuatmu sedih. Aku tau kehilangan orang yang kita sayangi itu sangat menyakitkan. Namun apakah kita harus bersedih. Aku tidak masalah kamu tidak mendengarkanku waktu aku melarangmu untuk suka dengan Arka. Namun kamu harus dengarkan perkataanku saat itu bahwa tidak sepantasnya kamu bersedih dengan apa yang menyakitimu. Itu hanya membuat dirimu lebih terluka. Aku ada disini sebagai obar dari lukamu itu. Alena aku mohon kepadamu. Kembalilah menjadi Alena yang dulu ku kenal. Sahabatku dari kecil. Jangan sampai ada hal yang dapat memisahkan kita. Buktikan kepada Arka bahwa kau adalah perempuan yang kuat”

            Aku tidak tau apakah dia mendengarkanku atau tidak. Saat itu kami saling berpelukan. Dan aku meninggalkannya agar dia dapat istirahat.

            Beberapa hari kemudian, Alena menemuiku dan meminta maaf atas kesalahan yang dia lakukan, dia sadar bahwa perkataanku benar. Dia berjanji kepadaku untuk selalu mendengarkan perkataannya.

            Setelah kejadian itu Alena menjadi perempuan yang jauh lebih kuat. Dan, Alena juga lebih menghargai pendapat orang lain, termasuk aku sahabatnya, Aulia. Persahabatanku dan dia menjadi lebih kuat dan kami berdua tau apa itu arti persahabatan.


            Persahabatan mengajarkanku untuk menjadi manusia yang lebih baik. Bagaimana kita harus berhati-haiti dalam menjalin sebuah hubungan. Bagaimana cara menghargai perasaan orang lain. Kita harus bertahan dengan orang yang kita sayangi walaupun orang itu tidak mendengarkan kita. Kita harus bisa melawan kesedihan yang kita dapatkan. Karna kesedihan hanyalah membuat kita lemah. Terkadang kita haus merelakan dia pergi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Aku ingin mencintai orang dengan tulus karna aku tahu bagaimana rasanya dicintai dengan tulus. Ketika kita dicintai dengan tulus maka kita akan merasakan ketulusan itu. Dan pada akhirnya orang yang kita cintai dengan tulus itu mencintai kita pula dengan tulus. Itulah cinta. Hal yang indah. Yang bisa kita dapatkan dengan ketulusan. Maka dari itu. Mencintailah seseorang dengan tulus.

0 komentar:

Post a Comment